Bikin Skenario Hidup Kita Yuk…

AYO JADI SUTRADARA!

Jangan biarkan hidup berlalu tanpa makna dan rencana. Tulislah semua mimpi Anda menjadi sebuah skenario yang akan Anda perankan sepanjang perjalanan hidup di bumi tercinta ini. Sebagai pribadi yang cerdas, Anda tidak boleh memberi toleransi kepada kebiasaan – kebiasaan negatif yang mematikan semua impian dan cita – cita hidup yang Anda harapkan. Kehidupan ini harus direncanakan sesuai dengan keinginan dan harapan Anda, dan jangan pernah membiarkan cerita hidup Anda di bumi ini ditulis oleh orang lain. Silakan tulis semua mimpi – mimpi mu dalam bentuk skenario hidup yang tergambar secara jelas dalam imajinasi yang kuat dan berkarakter jelas.

Anda mungkin masih ingat dengan kata – kata Aristotle “Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang – ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan”. Pendapat Aristotle yang sudah menjadi klasik ini masih sangat relevan dengan kenyataan hidup yang ada. Semua sukses didapatkan dari hasil kebiasaan diri, ikuti pendapat Aristotle tersebut, dan biasakan diri Anda untuk melatih skenario hidup yang Anda impikan dalam wujud nyata melalui kerja keras yang menginginkan realitas itu menjadi hidup Anda.

Bagaimana cara Anda untuk menulis skenario hidup dalam imajinasi. Bagaimana cara Anda memformat setiap kata – kata dalam pikiran dan jiwa Anda. Semua itu harus dimulai dari keinginan, kemudian ciptakan gagasan – gagasan yang Anda inginkan dalam skenario hidup Anda. Secara konsisten dengan disiplin tinggi latih diri Anda untuk menemukan apa yang akan Anda capai. Tindakan apa yang harus Anda lakukan agar semua keinginan tersebut dapat Anda miliki.
Hambatan kecil dan hambatan besar pasti akan hadir sebagai bumbu – bumbu kehidupan yang sudah merupakan kodrat semua orang. Sedih, senang, bahagia, hampa, dan rintangan adalah bunga – bunga kehidupan yang selalu datang dan pergi tanpa pernah kita rencanakan. Semua itu sesuatu yang harus ada dalam kehidupan, agar kehidupan menjadi lebih dinamis dan bergairah.
Imajinasi sukses Anda akan tergambar secara sempurna seperti sebuah filem yang paling Anda senangi. Semua itu dapat terjadi bila Anda membangun kebiasaan – kebiasaan positif yang optimis dalam skenario hidup yang Anda inginkan. Ada sebuah pepatah yang berkata, “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan, tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib; taburlah imajinasi positifmu, tuailah suksesmu; taburlah cintamu, tuailah bahagiamu; taburlah kebahagian, tuailah takdirmu”.

Setiap skenario yang hendak Anda tulis dalam imajinasi Anda harus merujuk kepada misi pribadi hidup Anda. Dan lengkapi misi hidup Anda dengan filosofi kehidupan yang akan menjadi sinar pembimbing perjalanan misi yang Anda miliki. Setiap skenario yang Anda tulis harus juga memiliki cara menggerakkannya menuju puncak impian yang Anda nanti – nantikan. Jangan sekalipun pernah berpikir untuk bergerak tanpa bersama motivasi dan semangat tinggi, karena apa pun alasannya motivasi dan semangat tinggi merupakan energi penggerak skenario hidup terbaik yang masih relevan untuk sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Tanpa bersama motivasi dan semangat tinggi semua skenario yang Anda tulis hanya akan menjadi angan – angan yang tidak pernah tercapai.

Kalau Anda mempelajari dengan teliti pendapat Henry David Thoreau yang berbunyi “Kalau seseorang dengan penuh keyakinan menuju ke arah impian – impiannya, dan berupaya menjalani kehidupan yang telah ia imajinasikan, ia akan berjumpa dengan sukses di saat yang tak disangka – sangkanya”. Saya berpendapat kata – kata Henry David Thoreau tersebut pasti akan sangat menginspirasi siapa pun, termasuk Anda dalam semangat untuk menulis skenario hidup sesuai mimpi Anda ke dalam imajinasi yang terus bergerak ke arah realitas harapan dan keinginan yang Anda miliki.

Bukan hanya Henry David Thoreau yang menyatakan imajinasi sebagai kunci sukses. Tetapi masih banyak sekali pendapat dan realitas hidup yang menceritakan bahwa imajinasi sebagai kunci sukses yang paling penting, salah satunya pendapat seorang industriawan yang bernama Charles M.Schwab yang berkata, “Untuk mengelola sebuah usaha yang sukses seseorang harus mempunyai imajinasi. Ia harus memandang segalanya seperti dalam suatu penglihatan, suatu impian tentang keseluruhannya”. Imajinasi telah menciptakan peradaban manusia seperti yang sedang kita lalui ini, dan semua itu lahir dari keyakinan yang tidak pernah mati untuk mempercayai bahwa potensi – potensi sukses manusia yang masih banyak sekali belum tergarap secara maksimal. Potensi manusia tidak akan pernah dapat diukur dengan alat apapun, sebab setiap DNA manusia menyimpan misteri sang pencipta yang sangat kaya akan kreatifitas tanpa batas.
Artikel ini saya tulis dengan inspirasi dari sebuah buku berjudul “The New Psycho-Cyberneticts” yang di tulis oleh Maxwell Maltz, M.D.F.I.C.S. tahun 1960. Yup, kita ini sutradara, euy!

MAU PERAN SEPERTI APA YA?

Ada kata-kata promosi yang digunakan oleh sebuah toko pakaian, yang intinya mengatakan tidak masalah siapa atau apa anda sesungguhnya, anda dikenali dari pakaian anda. Terlepas dari apa tujuan sesungguhnya toko pakaian tersebut, kata-kata sederhana ini cukup menarik untuk dikaji. Terlebih dalam kehidupan yang serba instan dan yang penuh kebohongan ini.

Sebagai seorang yang beriman, kitapun juga dituntut untuk membangun citra diri kita sebagai manusia yang beriman. Pakaian yang dikenakan orang beriman barang tentu sudah berbeda dengan pakaian yang dikenakan oleh orang yang tidak beriman. Manusia yang beriman dapat dikenali dari pakaian imannya, dan manusia tidak beriman juga dapat dikenali dari hal yang sama. Masalahnya terletak bagaimana kita mengenakan pakaian iman kita.

Pakaian yang dikenakan dapat dibagi dalam dua hal, yaitu pakaian dalam arti fisik maupun dalam makna yang lain. Pakaian dalam arti fisik, sebagaimana yang kita kenakan sehari-hari. Jika kita menjadi manusia dengan pakaian yang berbudaya, dalam arti mengandung kesopanan dan tidak bertentangan dengan norma-norma masyarakat sekitar, maka dapat dipastikan akan ada citra yang berbeda jika dibandingkan dengan ketika kita mengenakan pakaian yang lainnya.

Walaupun dalam arti fisik ini penting namun membangun citra dengan pakaian yang bermakna non-fisik jauh lebih penting. Akhlak, karakter, budi pekerti yang kita miliki akan menumbuhkan kesan yang lebih mendalam dalam membangun citra diri.

Dalam kondisi masyarakat yang tidak menentu ini, tidak semua insan mampu menampilkan dirinya melalui pakaian yang dikenakan dalam arti fisik. Tetapi masih dapat menampilkan citra diri dalam kesederhanaannya dengan meningkatkan pembaharuan budi yang dimiliki. Dengan karakter, pengetahuan, pengembangan diri yang baik dapat menunjukkan jati diri kita sebagai orang beriman.

Pada bagian akhir ini, ada sebuah kisah yang menarik untuk dituturkan. Pada suatu hari, ada seorang petani yang baru pulang dari sawah. Karena lapar ia singgah disebuah rumah makan yang sangat terkenal di kotanya. Dengan hanya berpakaian kaos oblong dan ‘caping’nya serta dengan menenteng paculnya ia berhenti di rumah makan tersebut. Namun sayang, ketika ia membuka pintu rumah makan itu, seorang pelayan menghampirinya dan tidak memperkenankannya ia masuk. Walaupun ia mencoba menjelaskan bahwa dirinya hendak membeli makan, tetap saja pelayan itu berusaha mengusirnya dengan kata-kata yang halus. Akhirnya ia meninggalkan rumah makan itu. Keesokan harinya, sepulang dari tempat pertemuan, ia kembali ke rumah makan yang kemarin menolaknya. Ia hanya ingin menikmati makanan di rumah makan itu. Dengan masih menggunakan jas hitam dan sepatu yang mengkilapnya, ia masuk ke rumah makan tersebut. Seorang pelayan yang kemarin mengusirnya dengan sangat ramah mempersilakan petani itu masuk untuk menikmati hidangan yang tersedia.

Kisah di atas adalah sebuah ilustrasi kehidupan dimana sering kali manusia melihat apa yang tampak, sebagai citra diri. Mungkin kita sering merasa dicurigai ketika kita berpakaian tertentu. Hal ini yang terjadi dan perlu diperhatikan dalam membangun citra diri kita. Siapa kita sesungguhnya bagi orang lain akan tercermin dari gambar diri kita ketika kita mengaktualisasikan citra itu sendiri.

Ketika orang berkata kita ‘begini’ atau ‘begitu’, maka tunjukkan bahwa anda sebenarnya seperti apa. Masalahnya terletak pada apakah anda mau menunjukkan citra diri anda yang baik ataukah tetap mempertahankan ‘vonis’ orang lain yang menunjukkan gambar yang buruk. Nah, ini saatnya kita tentukan profil peran kita seperti apa! Mau menjadi pemeran utama dalam skenario kita itu ataukah sekedar menjadi figuran saja?! [*]

« Older entries